Sekitar tahun 1000M.
Pagi
buta, kabut masih menyelimuti sebuah desa mungil di pinggiran
kerarajaan Janggala/Dhoho’DahanaPura/Kadiri (Kediri sekarang). Seorang
gadis amat cantik dan anggun, lembut budi dan manis tutur kata bernama
Diah Ratna Manggali. Ia adalah Putri seorang tokoh besar perempuan
pemuja dewi durga bernama Calon Arang.
Diah
Ratna Manggali sedang berjalan menelusuri pematang sawah menuju anak
bengawan untuk mencuci pakaian. Satu wadah penuh berisi pakaian karena
Ratna Manggali bukan hanya mencucikan pakaian Ibunya, tapi semua pakaian
para canrik ‘murid-murid’ ibunya juga ia cucikan. Ratna manggali bukan
hanya terkenal kecantikanya, tapi ia juga terkenal rajin dan pandai
pula menuliskan sajak cinta’dandang gula’
Pagi
itu, seorang lelaki yang selama ini suka pada Diah Ratna Manggali dan
ditolak cintanya berjalan mengendap-endap. Ia telah menunggu dan
menelusuri jalan setapak lalu bersembunyi di balik pohon ringin, ia
telah menebar beberapa garam di jalan setapak agar kaki Ratna Manggali
menginjak garam dan beras kuning yang ia tebar.
Setelah
Ratna manggali melintas Lelaki segera mengeluarkan beberapa lembar
daun lontar yang telah bertulis rajah ‘mantra ilmu hitam’ untuk
ditujukan pada Ratna manggali. Dengan harapan Ratna Manggali akan gila
dan memohon-mohon pula agar cintanya menjadi-jadi, dan hanya menggilai
lelaki itu.
Mantra
menebar ke segala arah, jin jahat mulai beraksi. Nama ilmu hitam itu
Ajian Jaran goyang. Terbukti akurat, dan hanya beberapa hari saja Ratna
Manggali terus menerus menyebut nama seorang lelaki, ia juga selalu
melamun dan memikirkan lelaki itu sambil tersenyum sendiri pula. Ibu
Ratna Manggali ‘(Calon Arang) merasa heran karena ada yang tak beres
pada Putrinya. Iapun melontarkan pertanyaan pada putri semata wayangnya
(Ratna Manggali).
“Nak!
Kenapa kamu nampak bingung? Apa kau sedang kasmaran” Ratna Manggali
tidak menjawab sepatah katapun. Pandanganya semakin kosong.
Calon
Arang akhirnya memohon petunjuk kepada Dewi Durga (Betari Durga).. Ia
pergi ke sebuah tempat yang biasa ia gunakan untuk sembahyang (kuil
suci). Ia semedi behari-hari sambil membakar dupa. Beberapa kali Ia
memanggil Dewi Durga. Dari Dewi durgalah Calon Arang mendapat wahyu
bahwa Ratna Manggali terkena ajian guna-guna yang di sebut jaran
goyang.
Calon
Arang marah besar dan memohon pada Dewi durga untuk memusnahkan lelaki
yang telah mengirim guna-guna pada Putri tercintanya Ratna Manggali.
Bukan hanya lelaki pengirim guna-guna saja yang mampus kena ajian
pemusnah Calon Arang, tapi senjata pemberangus beruba wabah juga
memberangus banyak orang yang tidak berdosa. Karenanya Raja Raja
Erlangga Mengutus gurunya Empu Baradah untuk menghentikan aksi Calon
Arang.